Adakalanya desain tidak sesuai dengan tujuannya sehingga harus dilakukan analisis ulang untuk melihat faktor lain yang juga mempengaruhi desain tersebut namun belum dianalisis. Gambar 2 menunjukkan Proses Desain secara sederhana.
Proses desain |
Proses Analisis
Proses analisis terdiri dari tiga tahap yaitu
(1) analisis situasi,
(2) membuat uraian singkat tentang desain yang akan dibuat, dan
(3) studi referensi untuk memperkuat konsep desain.
Untuk hasil terbaik, digunakan Tim Perencana yang terdiri dari berbagai disiplin, misalnya desainer mebel, ahli proses pewarnaan kayu, ahli konstruksi kayu, seniman, dan perwakilan dari konsumen. Analisis Situasi
Analisis situasi didefinisikan sebagai kegiatan mengidentifikasi kebutuhan konsumen di masa datang. Desain bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan konsumen jangka pendek (misalnya baju), jangka menengah (misalnya peralatan rumah tangga) atau jangka panjang (misalnya rumah).
Dasar yang digunakan untuk menganalisis kebutuhankonsumen adalah hirarki kebutuhan Maslow yang terdiri dari:
1. Physiological needs yaitu kebutuhan makanan, air dan papan tempat tinggal
2. Safety needs yaitu kebutuhan akan keamanan dan perlindungan
3. Social needs yaitu kebutuhan akan rasa memiliki, cinta kasih
4. Esteem needs yaitu kebutuhan akan harga diri, pengakuan dan status
5. Self actualization needs kebutuhan akan pengembangan dan realisasi diri.
Hirarki Kebutuhan Maslow |
Uraian Singkat Desain
Dari hasil analisis situasi dapat dinyatakan bahwa uraian singkat desain adalah “desain produk hijau yang relatif murah.” Dari uraian ini dibutuhkan data berbagai informasi yang berkaitan dengan produk hijau mebel, misalnya lokasi hutan produksi, harga kayu per meter kubik dari setiap lokasi, biaya pengangkutan dari lokasi hutan produksi ke tempat produksi mebel, dan karakteristik kayu yang ditebang dari hutan produksi.
Studi Desain
Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka dilakukan studi tentang seluruh data yang ada. Dalam kasus produk hijau ini, dicari jenis kayu yang bisa digunakan untuk memproduksi mebel, harga dan biaya pengangkutan yang relatif murah. Tentunya persyaratan ini akan mempengaruhi kualitas kayu. Namun bsia dipilih kualitas kayu yang masih dalam rentang standard kualitas mebel. Selain bahan baku, dalam tahap ini juga dilakukan eksplorasi desain mebel. Informasi yang dibutuhkan adalah berbagai model mebel yanga da di pasaran saat ini. Dengan melihat data mebel yang sedang ada dipasaran, akan dapat diperkirakan model yang disukai oleh konsumen di masa datang. Eksplorasi desain dilakukan oleh Tim Perencana, yang terdiri dari berbagai disiplin, misalnya desainer mebel, ahli proses pewarnaan kayu, ahli konstruksi kayu, seniman, dan perwakilan dari konsumen. Faktor penting yang tidak boleh ditinggalkan adalah ergonomi produk yang didesain. Produk harus memenuhi persyaratan ergonomi. Studi desain menghasilkan berbagai alternatif desain mebel hijau yang memungkinkan untuk diproduksi.
Proses Sintesis
Proses sintesis terdiri dari empat tahap yaitu:
(1) solusi,
(2) solusi terbaik,
(3) model, dan
(4) gambar kerja.
Solusi
Dari berbagai alternatif yang dihasilkan dari studi desain, dipilih beberapa desain yang menurut evaluator adalah yang paling disukai oleh lonsumen. Evaluator terdiri dari perwakilan dari konsumen, industri, dan produsen. Tim Evaluator ini akan mengkritisi alternatif desain yang dibuat oleh desainer, dan menentukan pilihan terbaik yang memenuhi kriteria sebagai produk hijau yang bisa memuaskan konsumen.
Solusi Terbaik
Desain yang telah dipilih selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa turunan, untuk memperoleh diversifikasi produk lainnya. Sebagai contoh, jika sudah dipilih tiga desain terbaik berupa kursi, meja dan rak buku, maka dari masing-masing desain dibuat lagi beberapa model yang mirip, dengan tambahan pernik-pernik untuk tujuan estetika, misalnya diversifikasi lini produk, warna, atau asesoris.
Model
Setelah ditentukan produk yang akan dikembangkan, selanjutnya dibuat ‘mock-up’. Mock-up adalah model dalam skala 1:1 dibuat dari bahan yang mudah dikerjakan, misalnya jenis kayu yang lunak dan murah harganya, dan bisa dilepas pasang. Fungsi mock-up adalah untuk melihat proporsi, struktur dan kemungkinan konstruksi yang efisien.
Gambar Kerja
Setelah ditetapkan modelnya, selanjutnya dibuat gambar kerja. Untuk mebel biasanya digunakan gambar kerja skala 1:10, dan 1:5 untuk gambar detil konstruksi. Gambar kerja untuk mebel menunjukkan tampak depan, atas, samping, potongan melintang dan potongan samping, serta detil konstruksi sambungan. Gambar kerja juga dilengkapi dengan informasi proses pembuatan bentuk, misalnya dengan bending atau steaming, finishing, dan berbagai informasi lain yang penting digunakan untuk acuan produksi. Jika dilakukan produksi massal, maka perlu diinformasikan cara-cara memproduksi komponen dan asemblingnya.
Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua tahap yaitu
(a) realisasi dan
(b) persetujuan.
Realsiasi
Realisasi merupakan pembuatan prototip untuk pengujian. Dalam pembuatan prototip produk dibutuhkan biaya untuk membuat prototip dan untuk pengujian produksi. Prototip dibuat dengan skala 1:1 dan dengan menggunakan bahan yang akan digunakan untuk produksi. Tujuan pembuatan prototip ini adalah untuk menentukan proses produksi yang sebenarnya, melihat kemungkinan hambatan dalam produksi dan pengujian produk terhadap ketahanan penggunaan. Mengapa ketahanan beban dan gaya gesek harus diuji? Karena mebel (terutama kursi) digunakan untuk menahan beban manusia, dengan bobot setara orang dewasa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban secara mendadak dan dilihat dampaknya pada seluruh komponen, terutama konstruksi dan ketahanan bahan. Gaya gesek mebel juga harus diuji, karena mebel biasa dipindahkan, sehingga ada kemungkinan bergesekan dengan benda lain. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui ketahanan permukaan finishing terhadap benturan. Pengujian ini dilakukan dengan alat uji yang akurat. Beberapa pengujian lain yang relevan dengan fungsi produk juga bisa dilakukan, sepanjang tersedia alat uji yang akurat.
Persetujuan
Persetujuan merupakan pernyataan bahwa produk siap untuk dilakukan pengujian produksi dan pengujian pasar. Pengujian produksi dilakukan berdasar sistem manajemen mutu, untuk menghasilkan produk yang bebas cacat (zero defect). Sistem manajemen mutu dapat dilihat pada
1. Quality policy atau kebijakan mutu, adalah arah yang jelas mengenai standar mutu produk yang akan duproduksi.
2. Quality procedure atau prosedur mutu, adalah sistematika proses yang dituangkan dalam kerangka kerja dan standar operasional. Prosedur ini disusun secara sistematik dan disepakati bersama oleh semua unit kerja terkait untuk dijalankan secara konsisten dan konsekuen.
3. Work instructions atau petunjuk teknis, adalah instruksi pelaksanaan produksi secara rinci dari persiapan sampai penentuan hasil. Petunjuk teknis ini hanya diberlakukan untuk proses yang berdampak langsung pada perubahan mutu.
4. Quality records atau catatan mutu, adalah catatan yang memperlihatkan urutan pekerjaan yang dilakukan dalam rangka mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Catatan mutu ini digunakan untuk memonitor proses, produksi sehingga dapat meminimasi kesalahan dalam proses dan menghasilkan mutu produk sesuai standar yang ditetapkan.
5. Corrective action request atau permintaan koreksi, adalah tindakan koreksi yang dilakukan untuk mengatasi dan memperbaiki kesalahan dalam proses produksi supaya mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
Pengujian produksi ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam proses produksi dan menemukan sistematika proses yang lebih efisien, sehingga dapat digunakan dalam proses produksi yang sebenarnya. Dalam tahap ini juga dapat dilakukan pengujian pasar dengan mengikutkan produk pada pameran, atau peristiwa promosi tertentu, yang memang diadakan untuk memasarkan produk-produk baru. Dalam pengujian pasar ini produk harus disediakan dalam jumlah terbatas sehingga dapat dijual langsung kepada konsumen.
Akan lebih baiklagi, apabila dalam pengujian pasar ini dilakukan riset pasar dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pembeli tentang kepuasannya menggunakan produk tersebut. Apabila hasil riset menunjukkan bahwa produk mengecewakan konsumen, maka produk harus diperbaiki. Apabila kesalahannya minor, misalnya pada asesoris, maka perbaikannya hanya pada proses asembling, atau pada tahap evaluasi.
Namun, jika kesalahannya mayor, misalnya pada konstruksi, maka harus dilakukan reka ulang gambar kerja, dan perbaikan melalui prototip dan pengujian sekali lagi, atau pada tahap sintesis. Kesalahan fatal terjadi apabila produk sama sekali tidak laku, artinya tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga harus dilakukan pengecekan dari tahap yang paling awal yaitu tahap analisis. Namun dalam kenyataannya kesalahan fatal sangat jarang terjadi.