Pembelajaran seni selama ini adalah sebagai berikut:.
a. Pembelajaran seni di sekolah umum cukup bervariasi, namun umumnya yang dilaksanakan adalah empat jenis seni yaitu: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Karawitan, Kerajinan (membatik, mengukir)
b. Seni Tari, Karawitan, dan Kerajinan merupakan pelajaran ekstrakurikuler yang bersifat pilihan dengan materi muatan lokal. Pelaksanaan kegiatan seni ekstrakurikuler ini masih terkesan seadanya, kurang serius, dan tidak dipersiapkan secara sistematis dan sungguh-sungguh. Mengingat makna dan fungsinya yang sangat signifikan dalam membentuk kreativitas, cita rasa, sikap, dan integritas kepribadian, maka kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler seni perlu diseleng-garakan secara sungguh-sungguh.
c. Seni Rupa dan Seni Musik secara nasional merupakan pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa. Idealnya, kegiatan pembelajaran kedua subtansi tersebut seharusnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan fasilitas, guru yang berkualitas, program pembelajaran yang sistematis, dan persiapan lainnya yang dibutuhkan. Namun dalam pelaksanaannya, pembelajaran seni intraklulikuler tidak lebih baik dari pelaksanaan pembelajaran seni ekstrakurikuler. Hal ini ditengarai karena pembelajaran Seni Rupa dan Seni Musik tidak diujikan secara nasional sehingga dianggap kurang penting dan kurang mendapat dukungan dari warga sekolah dan masyarakat.
d. Pelaksanaan pembelajaran seni dianggap kurang penting, sehingga minat, ketekunan, dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran seni tidak sebaik dalam mengikuti pelajaran-pelajaran lain yang diujikan secara nasional. Akibat buruk dari hal tersebut siswa cenderung meremehkan pelajaran seni.
e. Subtansi yang diajarkan pada pelajaran seni mengacu pada kurikulum. Namun demikian, tidak semua subtansi diajarkan kepada siswa. Guru cenderung memilih dan memberikan subtansi yang paling dikuasai dan diminatinya. Salah satu penyebabnya adalah tidak semua guru seni memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tuntutan mengajar seni. Apalagi di sekolah dasar, pada umumnya menggunakan guru kelas, yang mengajarkan berbagai jenis mata pelajaran, namun tidak memiliki pengalaman dan kemampuan dalam mengajarkan seni.
Fokus pembelajaran seni cenderung menekankan pada hasil akhir berupa keterampilan dan seringkali melupakan aspek proses pengembangan kepekaan emosi rasa estetik dan kreativitas. Berkaitan dengan hal tersebut, guru hendaknya seringkali mengarahkan subtansi pemelajaran lebih pada aspek kualitatif yang dimensi kreativitas, kepekaan cita rasa estetika, pekerti, dan emosi menjadi prioritas sehingga dimensi afeksi siswa menjadi berkembang.
f. Keberadaan buku, bahan, dan peralatan untuk menunjang pembelajaran seni adalah suatu hal yang penting. Namun belum semua sekolah memiliki fasilitas sesuai dengan yang diharapkan, apalagi untuk sekolah-sekolah yang lokasinya terpencil atau sekolah yang belum mampu berswasembada.
g. Pelaksanaan pembelajaran seni seringkali menggunakan metode ceramah bersifat teroritik dan cenderung menekankan pada keterampilan mekanistik. Akibatnya, kebebasan siswa untuk berekspresi dan berkreasi menjadi tidak optimal. Di samping itu guru secara tidak disadari sering memaksakan dan menanamkan suatu rumus seni yang kurang sesuai dengan perkembangan fisik dan psokologis siswa.